:)

La...la...la... :) :D :$


hanya lagi pengen berexpresi...



:) :D :$ :( :p

;) :k :@ :# :x

:o :L :O :r :y

:t :s :~ :v :f

:d :c :z







liAdt LAnjuTAnnYA...

-KOSMOLOGI BAHAGIA-


*bahagia ada pada mata yang menatap darah langit dan bumi
*bahagia ada pada kedamaian yang meleleh dibakar matahari
*bahagia ada pada kekosongan yang dipendam jantung bulan
*bahagia ada pada dendam orang-orang kalah atas keadilan
*bahagia ada pada cincin saturnus membelit pohon beringin


*bahagia ada pada mata yang menatap darah langit dan bumi
*bahagia ada pada kedamaian yang meleleh dibakar matahari
*bahagia ada pada kekosongan yang dipendam jantung bulan
*bahagia ada pada dendam orang-orang kalah atas keadilan
*bahagia ada pada cincin saturnus membelit pohon beringin

liAdt LAnjuTAnnYA...

Bersyukur, apakah akan menambah rasa bahagia?


Salah satu prinsip dasar dari kebahagiaan sehari-hari bisa diukur dari sikap, harapan, dan pandangan kita. Dan satu faktor yang membentuk harapan dan pandangan kita adalah kecenderungan manusia untuk membandingkan. Kita membandingkan keadaan atau pengalaman kita saat ini dengan keadaan orang lain di sekeliling kita, dengan keadaan kita yang sebelumnya, dan juga dengan harapan kita akan masa depan.



Jika kita merasa lebih baik dari semua pembanding tersebut, maka kita merasa bahagia. Jika tidak, maka kita merasa sedih atau kecewa. Ada suatu cara yang bisa digunakan untuk membuat hari-hari yang bahagia dan mencapai kepuasan hati.

Saya memilih BERSYUKUR sebagai topik karena hal ini sangat sederhana, dan merupakan cara yang ampuh dan efektif untuk menambah rasa bahagia. Dan perlu diketahui bahwa rasa bersyukur ini adalah pengembangan kebahagiaan yang pertama yang diteliti secara ilmiah.

BERSYUKUR DAN KEBAHAGIAAN

Penelitian membuktikan bahwa menulis rasa bersyukur di dalam sebuah buku kecil secara berkala akan menambah rasa bahagia. Kejadian – kejadian kecil yang dialami sehari-hari yang membuat mereka merasa berterima kasih, dicatat. Misalnya lima kejadian setiap hari. Atau bisa juga dilakukan tiga kali seminggu, tiap kali lima kejadian.

Mereka yang melakukan ini merasa lebih baik tentang :
* hidupnya secara keseluruhan
* lebih optimis tentang masa depan
* keluhan kesehatan juga berkurang
* mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berolahraga
* lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain
* lebih cepat tertidur, menghabiskan lebih banyak jam tidur tiap malam, dan merasa lebih segar ketika bangun pagi

Hasil yang menggembirakan ini juga dilaporkan oleh pasangan hidup dari masing-masing peserta yang diteliti, yaitu adanya peningkatan ke arah yang positif dalam hal sikap dan tingkah laku.

BERSYUKUR DAN DEPRESI

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang terbalik antara orang yang bersyukur dan orang yang mengalami depresi. Semakin depresi seseorang, maka semakin berkurang rasa syukurnya terhadap hidup ini. Para peneliti telah menemukan bahwa mempraktekkan rasa syukur secara berkala merupakan cara yang efektif dalam melawan depresi.

Salah satu alasan untuk penemuan ini adalah mereka yang selalu bersyukur cenderung untuk mengingat kembali kejadian-kejadian masa lalu yang menyenangkan.

Tiga alasan kenapa rasa syukur bisa mengurangi depresi adalah :
* Mempraktekkan rasa syukur akan menambah penghargaan seseorang dan lebih menikmati aspek-aspek positif dari hidupnya
* Pendekatan rasa syukur kepada kehidupan ini, dimana kita secara teratur fokus kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat dalam hidup, akan terwujud dalam kejadian-kejadian yang positif yang lebih mudah diakses dan diingat kembali
* Mempraktekkan rasa syukur juga dapat menghasilkan ketrampilan-ketrampilan lain yang berguna seperti menghargai hal-hal yang penting dimana bisa membantu kita mengatasi kerugian, kesengsaraan, dan stress.

STRATEGI KEBAHAGIAAN : BERSYUKUR

Kamus Webster mendefinisikan syukur sebagai “sangat berterima kasih”. Bagaimana kita menerapkan rasa sangat berterima kasih ini di dalam mencapai kebahagiaan pribadi? Akankah dengan menerapkan rasa syukur akan membantu meningkatkan kebahagiaan kita, dari hari ke hari dan dari satu kejadian ke kejadian berikutnya? Marilah kita berlatih melalui cara berikut ini.

Sebuah Buku Syukur adalah suatu latihan untuk memperkuat rasa syukur dengan tujuan membangun kepuasan hati dan kepuasan hdup yang lebih besar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :

Tulislah lima hal yang anda syukuri setiap hari. Suatu hari anda mungkin menulis lebih dari lima, dan hari lainnya kurang dari tiga. Tetaplah konsisten, tambahkan hal-hal berbeda setiap kali anda menulis. Tidak perlu membeli buku yang mahal, buku saku atau yang berspiral akan sangat membantu, atau anda dapat mengetik di komputer. Anda boleh menulis di buku pada malam hari sebelum tidur tentang daftar syukur pada hari tersebut. Atau anda juga bisa menulis pada pagi hari, untuk memulai hari dengan suatu sikap bersyukur. Sangat mudah untuk melupakan bahwa hidup ini penuh dengan berkat, dan dunia ini penuh dengan keajaiban dan kesempatan, juga ketika hidup kelihatannya jauh dari sempurna. Di bawah ini ada beberapa contoh untuk membantu anda memulainya :
* Saya sehat
* Saya bekerja sangat produktif hari ini
* Saya menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga
* Saya mempunyai banyak waktu untuk diri sendiri
* Tetangga saya mengatakan sesuatu yang menyenangkan

Ingatlah bahwa kunci dari latihan bersyukur ini adalah KONSISTENSI. Buatlah latihan ini sebagai bagian dari rutinitas harian anda dan anda pasti memperoleh hasil yang dahsyat!



liAdt LAnjuTAnnYA...

Bahagia Bikin Panjang Umur


TETAPLAH senandungkan lagu Don't Worry Be Happy. Lagu yang tenar di era 1980-an ini ternyata benar adanya. Sebuah penelitian menunjukkan, merasakan kebahagiaan membuat hidup bakal lebih awet dan lama.

"Kebahagiaan tidak menyembuhkan, tetapi melindungi kita dari penyakit," ujar Ruut Veenhoven dari Universitas Erasmus di Rotterdam dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan bulan depan.

Setelah meninjau kembali 3 penelitian yang telah dilakukan di berbagai belahan dunia selama periode hingga 30 tahun, profesor asal Belanda ini mengatakan bahwa efek bahagia pada panjang umur itu sama dengan kalau kita membandingkan antara orang yang merokok dan yang tidak merokok.

Merasa bahagia, katanya, dapat memperpanjang usia 7,5 hingga 10 tahun.
Temuan ini membawa pada sebuah pertanyaan baru yang cukup sulit dijawab, yakni soal penyebab bahagia. Apa yang bisa membuat seseorang bahagia?





Dan terkait dengan pertanyaan ini perlu kita cermati gejala yang menarik di negara-negara maju. Materi begitu diupayakan sedemikian rupa. Namun setelah dicapai, di tempat ini, kelebihan materi atau kelimpahan rezeki ternyata dianggap sebagai sesuatu yang tak lagi memuaskan hidup mereka.

Pertanyaan atas kebahagian muncul, dianalisis, dan menjadi pertanyaan yang serius untuk dicari tahu. Beberapa mengungkapkan jawaban yang kemudian jatuh pada keadaan yang disebut hedonis (mengutamakan kenikmatan materi, fisik).

"Ide bahwa ada situasi yang disebut bahagia dan kita dapat menjelaskan ciri-ciri mengenai rasa dan bagaimana mengukurnya, jelas-jelas merupakan ide subversif," ungkap Bill McKibben dalam bukunya Deep Economy: The Wealth of Communities and the Durable Future, 2007.

Ini akan membuat para pemuja ekonomi berpikir untuk meningkatkan kekayaan. Padahal, bertambahnya materi, kekayaan, hanya menyumbang sedikit bagi munculnya kebahagiaan seseorang. Demikian hasil riset itu.

Namun, kebahagiaan dapat muncul akibat suasana persahabatan yang hangat dan menyenangkan, juga karena faktor-faktor sosial seperti kemerdekaan, demokrasi, pemerintahan yang efektif, dan aturan hukum yang ditegakkan.

Dalam temuan Veenhoven, yang dipublikasikan di Journal of Happiness Studies, sebuah media ilmiah yang didirikan tahun 2000, bukti bahwa rasa bahagia sangat berpengaruh atas kehidupan seseorang ditemukan pada sekelompok biarawati di Amerika Serikat. Mungkin karena mereka didukung oleh komunitas yang saling mendukung, kedekatan antarpribadi dan kesatuan hati dan budi yang terjadi di antara mereka.

Lirik lagu dari pemenang Grammy 1989 Be Happy terinspirasi dari guru terkenal dari India, Meher Baba. Saat ini, di lebih dari 100 negara, dari Butan di Pegunungan Himalaya hingga Amerika Serikat dan Australia, para ahli ekonomi berupaya membuat indikator "kebahagiaan" (satu bentuk indeks kualitas hidup yang baru) ke dalam ukuran pertumbuhan.

Kebahagiaan, menurut para spesialis, yang diterima oleh masyarakat umum diartikan sebagai "penghargaan atas hidup seseorang sebagai manusia utuh".

Dalam tulisan ini, Veenhoven pertama-tama mencermati statistik untuk melihat apakah kegembiraan membawa pengaruh bagi orang yang sakit. Yang ditemui justru kebahagiaan memang membantu mengurangi derita yang dialami pasien kanker. Namun, secara umum kebahagiaan tidak akan memperpanjang hidup mereka.

Di antara warga masyarakat yang sehat, sebaliknya, kebahagiaan terbukti melindungi mereka dari sakit. Ini berarti memperlama hidup mereka.

Orang yang bahagia lebih mudah waspada akan berat badannya, lebih mengerti dan memahami gejala-gejala penyakit yang mungkin timbul di dalam dirinya, cenderung lebih moderat bila mereka perokok dan peminum, dan secara keseluruhan hidup mereka lebih sehat. Mereka juga lebih aktif, lebih terbuka terhadap dunia, lebih percaya diri, membantu membuat keputusan yang tepat, dan membangun jaringan sosial yang kuat.

"Selama ini kita tahu bahwa rasa bahagia akan membuat fisik kita menjadi sehat, tapi kita tidak tahu persisnya bagaimana. Kesedihan atau rasa kurang bahagia kronis mengaktifkan respons bertempur dalam diri kita. Artinya, kondisi ini bakal mengancam diri sendiri karena jangka lama bakal membuat kita sendiri hipertensi dan respons kekebalan tubuh menurun", tulisnya

Untuk meningkatkan rasa gembira perlu ada riset tambahan atas efek-efek kondisi tempat tinggal, sekolah, atau lingkungan yang mengelilingi hidup kita dalam waktu lama. Apakah semua itu membuat kita bahagia?

Bahkan, penelitian atas kepuasan kerja dan tempat kerja pun memengaruhi kebahagiaan seseorang. Karena itu, pemerintah perlu mengajari atau setidaknya memberikan suasana yang nyaman pada rakyatnya untuk bisa hidup nyaman sehingga semua orang bisa menikmati hidup dan mendapatkan makna yang berarti dalam hidupnya.

"Jika kita merasa tidak sehat, kita akan pergi ke dokter umum," katanya. "Jika kita merasa tidak bahagia, tak ada ahli dalam hal itu. Kita harus mengupayakan sendiri. Petunjuk profesional bagaimana caranya agar bisa hidup bahagia sampai sekarang belum ada," tuturnya. Ini jelas merupakan pertanda nyata kegagalan pasar dan ekonomi. Pada akhirnya, tanpa hal ini pun banyak orang merasa lebih bahagia.



liAdt LAnjuTAnnYA...

BAngkiT DAn BAhAgiA


APAKAH YANG SEBETULNYA KITA CARI ?

Setiap orang mencari sesuatu dalam hidupnya, ada yang mencari harta, popularitas, kekuasaan, kepintaran/kepandaian, keluhuran budi, kebijaksanaan dan kemuliaan jiwa, kebebasan mutlak. Bagi mereka yang sedang mencari, apapun itu yang dicari, tidak jarang mereka berani mengorbankan banyak hal bahkan harga dirinya. Bahkan ada yang mengorbankan raganya, tetapi apakah cukup pantas atau sebanding bila harus mengorbankan raga untuk harta benda ? Saya rasa tidak; anda pun tentu setuju. Namun secara sadar ataupun tidak, banyak orang berbuat demikian. Sebenarnya yang mereka cari adalah "kebahagiaan". Di dalam mencari kebahagiaan manusia seringkali irasional, banyak contoh-contoh seperti itu.




Namun apa itu kebahagiaan ?

Bila ditanya demikian kita sering menjawab hidup rukun dan cukup sandang, pangan dan papan. Sebetulnya, yang kita katakan atau difinisikan adalah "kedamaian, ketentraman, keamanan", sebagai kebahagiaan. Dan saya rasa bukan itu jawabnya.

Memang, bila rukun kita damai, tentram, tapi itu bukan kebahagiaan. Bila cukup sandang, pangan, papan kita merasa aman, tapi tidak bahagia. Lebih jauh lagi, ada yang mendifinisikan bahwa kebahagiaan itu adalah diperolehnya apa yang kita cari, atau sepenuhnya segala yang kita "inginkan". Jadi di sini terpenuhinya semua "keinginan" disebut kebahagiaan. Lantas saya balik bertanya, apa itu mungkin ? Mungkinkah kita memenuhi semua keinginan kita yang sedemikian banyaknya ? Berapa kali kelahiran mesti kita jalani untuk memenuhinya ? Semua pertanyaan itu tidak terjawab, bukan ?
Mungkin saja anda bertanya; kalau begitu apakah tidak ada kebahagiaan itu ? Jawaban saya, ada; memang benar-benar ada, di sini dan sekarang ini pula.

DI MANA KEBAHAGIAAN ITU ?

Kebahagiaan nyata ada di sini, tepat di sini dan saat ini pula. Ia berada pada hati kita sendiri. Bila kita merasakan, ia ada, namun bila tidak dirasakan, ia tidak ada. Ia menjadi ada dan juga tidak ada, tergantung kita dapat merasakannya atau tidak ? Bila anda bisa "merasakan puas dan cukup", apapun adanya anda saat ini, anda behagia, sebaliknya anda menderita.

Dan sepertinya kita tidak pernah merasa cukup; tidak pernah puas; itulah sebabnya kita tidak berbahagia. Rasa tidak tercukupi, tidak puas-puas telah menjadikan kita menderita. Mulanya kita ingin anu, bila sudah tercapai, ingin anu lagi, bila tercapai lagi; ingin yang lain lagi dan seterusnya-dan seterusnya. Kita senantiasa mencari dan mencari tak henti-hentinya, mencari ini dan itu terus menerus. Hingga kita menjadi kelelahan sendiri, namun apa yang kita cari atau inginkan bertambah dan bertambah, tak habis-habisnya.

Demikianlah kita, kita "menderita" karena ulah kita sendiri, karena tidak puas-puas, karena serakah. Bila apa yang kita harapkan tidak tercapai, kitapun bersedih. Semua itu terjadi karena kebodohan kita. Bodoh, menginginkan sesuatu yang tak mungkin bisa dicapai. Tidak mungkin dicapai karena memang segala sesuatu itu mengecewakan adanya. Disamping itu, pada hakekatnya segala sesuatu berubah dan berubah terus-menerus; termasuk keinginan kita, itulah yang disebut dengan 'hukum kesementaraan'. Bila segala sesuatu itu berubah dan berubah terus menerus, lantas manakah yang dapat dikatakan kekal abadi ? Apakah kekal abadi itu ada ? Apakah ada yang kekal di dunia ini ? Tentu tidak, ternyata memang tidak ada sesuatupun yang kekal sifatnya, bukan ?

Memahami hal itu kita mestinya sadar, bahwa tidaklah ada sesuatu pun yang dapat membuat kita "bahagia" tanpa kembali "menderita". Sebab yang ada adalah "keinginan" yang tidak habis-habisnya. Keinginan untuk berbahagiapun suatu "keinginan" bukan ? Oleh karena itu saya ajak saudara untuk "berbahagia", saat ini dan detik ini pula, tepat di tempat ini. Mari kita sama-sama berbahagia, berbahagia dengan segala kekurangan dan kelebihan kita; berbahagia dengan 'apa adanya'.
Dengan cara belajar menanggalkan keinginan kita barang sejenak kita dapat menjadi manusia yang "berbahagia". Bila telah dibiasakan untuk meluangkan waktu sedikit demi sedikit menanggalkan keinginan, maka lama-lama akan terbiasa juga. Lama-kelamaan kitapun dapat melonggarkan belenggu keinginan kita, dan menjadi "manusia yang ber-bahagia".

Sebagai ilustrasi betapa mudahnya kita terjebak oleh berbagai iming-iming, berikut ada sebuah cerita yang sekiranya sesuai untuk menggambarkannya.

Yang Mulia Ananda adalah adik sepupu Sang Buddha Gotama. Diceritakan beliau mempunyai tabungan kebajikan yang amat tinggi dari kehidupan beliau yang lampau. Dan hal itu disampaikan oleh Sang Buddha sendiri.
Beliau memang benar-benar Ananda (manusia yang berbahagia), sehingga saking berbahagianya beliau; beliau masih tetap sebagai "Sotapana" (tingkat kesucian batin pertama) hingga Sang Buddha -- Gurunya -- mencapai Parinibbana.

Yang Mulia Ananda, mencapai tingkat "Arahat" (tingkat kesucian batin tertinggi yang mungkin dicapai oleh manusia, menurut ajaran Buddha) setelah Sang Buddha mencapai Parinibbana; oleh karena "asyik dengan kebahagiaan" beliau.

Dari cerita itu, jelas bagi kita bahwasanya kebahagianpun "suatu belenggu", yang merupakan penghalang dalam mencapai tingkat kesucian batin tertinggi. Apalagi "penderitaan" bukan ? Sekarang terserah kita; apakah ingin menjadi "manusia BERBAHAGIA" atau "manusia yang TERBEBAS" dari tumimbal lahir diberbagai alam kehidupan tiada henti-hentinya ?"

Bila boleh memilih keduanya tentu kita memilih ke duannya, bukan ? Ya, demikianlah kita ini; senantiasa takluk dan dijajah oleh LOBHA.
Bila ingin berbahagia, tanggalkan berbagai keinginan rendah yang didasari oleh Lobha itu; kitapun bisa menjadi manusia yang paling bahagia di dunia ini. Bila ingin terbebas dari tumimbal lahir -- diberbagai alam kehidupan tanpa henti-hentinya -- tanggalkan keserakahan serta berbagai keinginan yang tiada habisnya itu.


liAdt LAnjuTAnnYA...